Lemhannas optimalkan partisipasi masyarakat tingkatkan budaya politik
Rabu,pembukaan sdy wanwantoto 2 Oktober 2024 15:14 WIB
Lahirnya pemimpin yang berintegritas sulit diwujudkan jika pragmatisme politik terus dibiarkan.
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) mengoptimalkan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan budaya politik di Indonesia melalui Seminar Nasional Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII.
"Saya berharap seluruh peserta aktif dan berpikir kreatif agar dapat memberikan gagasan reflektif tentang kondisi terkini," ujar Plt. Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI Eko Margiyono ketika memberi sambutan dalam Seminar Nasional Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII yang digelar oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Jakarta, Rabu.
Letjen TNI Eko mengatakan bahwa seminar tersebut akan membuahkan naskah yang akan diberikan kepada pembuat kebijakan. Naskah seminar itu merupakan cerminan produk rekomendasi kebijakan publik yang telah melalui proses konsultasi publik.
Dengan mengajak masyarakat untuk bersikap aktif dan kritis melalui kegiatan serupa, dia meyakini dapat meningkatkan budaya politik di Indonesia menjadi partisipan.
Baca juga: Nafa: Anggota DPR harus edukasi masyarakat tentang nilai kebangsaan Baca juga: Denny Cagur ingin fokus membenahi bidang pendidikan dan kesenian
Adapun yang dimaksud dengan budaya politik partisipan adalah budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat tidak hanya sadar akan hak dan kewajiban politik mereka, tetapi aktif terlibat dalam proses politik.
Eko menyayangkan fenomena yang selalu muncul selama penyelenggaraan pemilihan di Indonesia seperti isu politik uang, dinasti politik, hingga maraknya disinformasi isu-isu.
"Hal itu membuktikan bahwa dukungan masyarakat untuk peningkatan budaya politik dalam demokrasi masih rendah," ucap Eko.
Kebutuhan Indonesia untuk meningkatkan budaya politiknya, lanjut Eko, akan mengalami benturan bila masyarakat bersifat pragmatis dan berperilaku serbainstan.
Eko menilai perilaku tersebut akan memengaruhi perilaku politik, baik di tingkat elite maupun masyarakat.
"Lahirnya pemimpin yang berintegritas sulit diwujudkan jika pragmatisme politik terus dibiarkan," kata Eko.